BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertiroidisme, yang dalam hal prevalensi erupakan
penyakit endokrin yang menempati urutan kedua sesudah DM. pengeluaran hormone
tiroid yang berlebihan diperkirakan terjadi akibat stimulasi abnormal kelenjar
tiroid oleh immunoglobin dalam darah. Hipertiroidisme menyerang wanita lima
kali lebih sering di bandingkan oleh laki- laki.
Hipertiroidisme adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid
secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini
menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang
disebut dengan thyrotoxicosis (Bararah, 2009).
Hipertiroidisme adalah gangguan yang
terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid lebih dari yang
dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk
hormon tiroid terlalu banyak dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk
indonesia memiliki hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin mengembangkan
hipertiroidisme daripada pria (Anonim, 2012).
Di Amerika Serikat, penyakit Graves
adalah bentuk paling umum dari hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis
akibat penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5
kasus per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan terjadinya puncak pada
orang berusia 20-40 tahun. Gondok multinodular (15-20% dari tirotoksikosis)
lebih banyak terjadi di daerah defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika
Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang dari
kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan
penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011).
Prevalensi
hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian lebih kurang 10 per 100.000
wanita dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000 wanita yang berusia di atas 60
tahun. Prevalensi kasus hipertiroid di Amerika terdapat pada wanita sebesar (1
,9%) dan pria (0,9%). Di Eropa ditemukan bahwa prevalensi hipertiroid adalah
berkisar (1-2%). Di negara lnggris kasus hipertiroid terdapat pada 0.8 per 1000
wanita pertahun (Guyton, 1991 ).
B.
Tujuan
1. Mengetahui
definisi Hipertiroidisme
2. Mengetahui
etiologi/penyebab penyakit Hipertiroidisme
3. Mengetahui
patofisiologi penyakit Hipertiroidisme
4. Mengetahui
manifestasi klinis penyakit Hipertiroidisme
5. Mengetahui
pemeriksaan fisik penyakit Hipertiroidisme
6. Mengetahui
pemeriksaan pengobatan penyakit anafilaksis
7. Mengetahui
pemeriksaan penunjang/diagnostik penyakit Hipertiroidisme
8. Mengetahui
komplikasi penyakit Hipertiroidisme
9. Mampu
membuat asuhan keperawatan penyakit Hipertiroidisme
C.
Metode
penulisan
Metode penulisan yang
digunakan yaitu studi pustaka yang mengambil beberapa referensi buku yang
berkaitan dengan makalah ini. Serta tim penulis memperoleh data dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hipertiroidisme
Hipertiroidisme merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh abnormalitas fungsi kelenjar tiroid dimana sekresi hormone yang
berlebihan dimanifestasikan melalui peningkatan kecepatan metabolisme. Banyak
ciri khas lain yang terjadi pada pasien hipertiroid akibat peningkatan
stressor terhadap katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) dalam darah.
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis
dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid
berlebihan.
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik
yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E,
Marilynn , 2000 hal 708
Hipertiroidisme (tiroid terlalu aktif) adalah suatu kondisi di mana
kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroksin. Hipertiroidisme
dapat secara signifikan mempercepat metabolisme tubuh, menyebabkan penurunan
berat badan tiba-tiba, detak jantung yang cepat atau tidak teratur, berkeringat
dan gelisah atau mudah tersinggung (Anonim, 2010).
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon
jaringan-jaringan terhadap pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang
berlebihan (Price & Wilson: 337)
B. Etiologi/Penyebab
Penyebab hipotiroidime yang paling
sering ditemukan pada orang dewasa adalah tiroiditis otoimun (tiroiditis
hashimoto), dimana sistem imun menyerang kelenjer tiroid. Gejala hipertiroidime
dan kemudian dapat diikuti oleh gejala hipotiroidime dan miksedema.
Hipotiroidime juga sering terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidime
yang mengalami terapi radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid.
Kejadian ini paling sering ditemukan pada wanita lanjut usia. Terapi radiasi
untuk penanganan kanker kepala dan leher kini semakin sering menjadi penyebab
hipotiroidime pada lansia laki-laki. Karena itu, pemeriksaan fungsi tiroid
diajurkan bagi semua pasien yang menjalani terapi
tersebut.(Brunner&Suddarth:1300)
Serta beberapa penyakit
yang lain menyebabkan Hipertiroid yaitu :
a) Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang
oberaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai.
Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di
duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan
dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase
antibodies (TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini
adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur,
sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol
keluar hingga double vision. Penyakit
mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya
hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa
sakit, serta berkeringat banyak.
b) Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk
biji padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan
nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon
tiroid yang berlebihan.
c) Minum obat Hormon Tiroid
berlebihan
Keadaan demikian
tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang
tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang
minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.
d) Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH (thyroid
stimulating hormone) kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH (thyroid
stimulating hormone) berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
e) Tiroiditis (Radang
kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan,
disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan
hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.
f) Konsumsi Yoidum
Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid,
kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada
kelainan kelenjar tiroid.
C.
Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai
tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan
lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini
lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga,
setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan
kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang “menyerupai” TSH (Thyroid stimulating hormone), Biasanya
bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid
Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang
sama dengan reseptor yang mengikat TSHv. Bahan – bahan tersebut merangsang
aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena
itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH (Thyroid stimulating hormone) menurun,
sedangkan konsentrasi TSI Thyroid Stimulating Immunoglobulin) meningkat.
Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni
selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH (Thyroid stimulating hormone) yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI Thyroid
Stimulating Immunoglobulin) selanjutnya juga menekan pembentukan TSH (Thyroid stimulating hormone) oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga
diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori
kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka
hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami
kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot
sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang
halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami
gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai
daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola
mata terdesak keluar.
D. Manifestasi Klinik
Gambaran kilinis Hipertiroidisme Pada
stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada orang usia lanjut,
lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak. Tergantung pada
beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat.
Keluhan yang sering timbul antara lain adalah :
1. Kecemasan,ansietas,insomnia,dan
tremor halus
2. Penurunan
berat badan walaupun nafsu makan baik
3. Intoleransi
panas dan banyak keringat
4. Papitasi,takikardi,aritmia
jantung,dan gagal jantung,yang dapat terjadi akibat efek tiroksin pada sel-sel miokardium
5. Kelemahan
otot,terutama pada lingkar anggota gerak ( miopati proksimal)
6. Osteoporosis
disertai nyeri tulang
E. Pemeriksaan Fisik
•
Palpasi : Dapat terasa pulsasi ( detakan / denyutan) dan vibrasi ( getaran )
pada posisi kelenjar tiroid.
• Inspeksi : Terlihat adanya pembesaran pada posisi kelenjar tiroid.
• Inspeksi : Terlihat adanya pembesaran pada posisi kelenjar tiroid.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa bergantung kepada beberapa
hormon berikut ini:
a. Pemeriksaan darah yang mengukur
kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan
lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
b.
TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
c.
Bebas T4 (tiroksin)
d.
Bebas T3 (triiodotironin)
e.
Diagnosa juga boleh dibuat
menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid
f.
Hipertiroidisme dapat disertai
penurunan kadar lemak serum
g. Penurunan kepekaan terhadap insulin,
yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
G. Pengobatan
Tujuan pengobatan
hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan
cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium
radioaktif, tiroidektomi subtotal).
Obat
antitiroid, digunakan dengan indikasi:
·
Terapi untuk
memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien
muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikusis
·
Obat untuk
mengontrol tirotoksikosis pada fase seblum pengobatan, atau sesudah
pengobatan pada pasien yg mendapt
yodium radioaktif
·
Persiapan
tiroidektomi
·
Pengobatan
pasien hamil dan orang lanjut usia
·
Pasien
dengan krises tiroid
Pada pasien hamil biasanya
diberikan propiltiourasil dengan dosis serendah mungkin yaitu 200 mg/hari atau
lebih lagi. Hipertiroidisme kerap kali sembuh spontan pada kehamilan tua
sehingga propiltiourasil dihentikan. Obat-obat tambahan sebaiknya tidak
diberikan karena T4, yang dapat melewati plasenta hanya sedikit sekali dan tidak
dal mencegah hipotiroidisme pada bayi yang baru lahir. Pada masa laktasi juga
diberikan propiltiourasil karena hanya sedik:it sekali yang keluar dari air
susu ibu. Dosis ya; dipakai 100-150 mg tiap 8 jam: Setelah pasien eutiroid,
secara Minis dan laboratorim dosis diturunkan dan dipertahankan menjadi 2 x 50
mg/hari. Kadar T4 dipertahank pada batas atas normal dengan dosis
propiltiaurasil
Ada 3 macam obat yang di berikan pada penderita hipertiroidisme, yaitu anti
tiroid yang bias menekan sintesis hormone tiroid, iodides untuk menghindari
keluarnya hormone tiroid, dan antagonis tiroid. Antagonis tiroid adala penyekat
beta- adrenergic dan antagonis kalsium yang menghalangi efek hormone tiroid
dalam sel tubuh.
H. Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat
mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat
berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama
pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak
terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang
menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 1060F),
dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.
Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves,
dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat
antitiroid.
Hipertiroid yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan.
I.
Asuhan
Keperawatan
1.
Pengkajian
Nama
Perawat :
Tanggal
Pengkajian :
Ruang
Perawatan :
Jam
Pengkajian ` :
Tanggal
Masuk :
a.
Biodata
1) Klien
Nama :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Pernikahan :
Alamat :
Diagnosa
Medis :
2) Penanggung
Jawab
Nama :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Pernikahan :
Alamat :
Hubungan dengan
klien :
b.
Keluhan
Utama : Pasien
mengatakan tubuhnya terasa lemas
c.
Riwayat
Kesehatan
a.
Riwayat Penyakit Sekarang :
b. Riwayat
Penyakit Dahulu :
d.
Basic
Promoting physiology of Health
a. Aktivitas
dan latihan
b. Tidur dan istirahat
c. Kenyamanan
dan nyeri
P
: Provokatif : Bertanya tentang penyebab
Q
: Kualitas : Kualitas penyakit berat
atau ringan
R
: Area : Dimana saja area yang
sakit
S
: Severiti : Menghitung skla
T
: Time : Kapan muncul Penyakit
d. Nutrisi
e. Cairan,
elektrolit dan asam
f. Oksigenasi
g. Eliminasi
fekal/bowel
h. Eliminasi
urin
i. Sensori,
persepsi dan kognitif
e.
Pemeriksaan
Fisik Mencangkup
1. Penampilan
secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan
dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan
gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar,
tebal dan berisik, dingin dan pucat.
a.
Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
b.
Perbesaran jantung
c.
Disritmia dan hipotensie.
d.
Parastesia dan reflek tendon menurun
2.
Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina
hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur
sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen
konsep diri.
f. Pemeriksaan penunjang mencakup
1.
pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH
(pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum,
sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).
a.
Diagnosa Keperawatan
1.Risiko tinggi terhadap penurunan
curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol,
2. keadaan hipermetabolisme,
peningkatan beban kerja jantung
Kelelahan berhubungan dengan
hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi
3. Risiko tinggi terhadap perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme
(peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan
4. Risiko
tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
mekanisme
perlindungan dari mata ; kerusakan
penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
5. Ansietas
berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
6.Kurang pengetahuan mengenai
kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi.
INTERVENSI
NO
|
DX
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
I
|
Klien akan
mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
tubuh, dengan kriteria :
1) Nadi perifer dapat teraba normal.
2) Vital sign dalam batas normal.
3) Pengisian kapiler normal
4) Status mental baik
5) Tidak ada disritmia
|
1. Pantau tekanan darah pada posisi
baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan.
Perhatikan besarnya tekanan nadi
2. Periksa kemungkinan adanya nyeri
dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
3. Auskultasi suara nafas. Perhatikan
adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
4. Observasi tanda dan gejala haus
yang hebat, mukosa membran kering, nadi
lemah, penurunan produksi urine
dan hipotensi
5. Catat masukan dan haluaran
|
1. Hipotensi umum atau ortostatik
dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan
penurunan volume sirkulasi
2. Merupakan tanda adanya peningkatan
kebutuhan oksigen oleh
otot jantung atau iskemia
3. S1 dan murmur yang menonjol
berhubungan dengan curah
jantung meningkat pada keadaan
hipermetabolik
4. Dehidrasi yang cepat dapat terjadi
yang akan menurunkan
volume sirkulasi dan menurunkan
curah jantung
5. Kehilangan cairan yang terlalu
banyak dapat menimbulkan dehidrasi berat
|
2
|
II
|
Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang
peningkatan tingkat
energi
|
1. Pantau tanda vital dan catat nadi
baik istirahat maupun saat aktivitas.
2.
2. Ciptakan lingkungan yang tenang
3. Sarankan pasien untuk mengurangi
aktivitas
4. Berikan tindakan yang membuat
pasien merasa nyaman seperti massage
|
1. Nadi secara luas meningkat dan
bahkan istirahat , takikardia mungkin ditemukan
2. Menurunkan stimulasi yang
kemungkinan besar dapat menimbulkanagitasi, hiperaktif, dan imsomnia
3. Membantu melawan pengaruh dari
peningkatan metabolism
4. Meningkatkan relaksas
|
3
|
III
|
Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria
:
1) Nafsu makan baik.
2) Berat badan normal
3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
|
1. Catat adanya anoreksia, mual dan
muntah
2. Pantau masukan makanan setiap
hari, timbang berat badan setiap hari
3. kolaborasi untuk pemberian diet
tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
|
1. Rasional : Peningkatan aktivitas
adrenergic dapat menyebabkan gangguan
sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia
2. Penurunan berat badan terus
menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan
terhadap terapi antitiroid
3. Mungkin memerlukan bantuan untuk
menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan
pengganti yang sesuai
|
4
|
IV
|
Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata,
terbebas
dari ulkus
|
1. Observasi adanya edema periorbital
2. Evaluasi ketajaman mata
3.
Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap
4. Bagian kepala tempat tidur
ditinggikan
|
1. Rasional : Stimulasi umum dari
stimulasi adrenergik yang berlebihan
2. Oftalmopati infiltratif adalah
akibat dari peningkatan jaringan retroorbita
3. Melindungi kerusakan kornea
4. Menurunkan edema jaringan bila ada
komplikasi
|
5
|
V
|
Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat
dapat diatasi
dengan kriteria : Pasien tampak rileks
|
1. Observasi tingkah laku yang
menunjukkan tingkat ansietas
2. Bicara singkat dengan kata yang
sederhana
3. Jelaskan prosedur tindakan
4. Kurangi stimulasi dari luar
|
1. Rasional : Ansietas ringan dapat
ditunjukkan dengan peka rangsang dan
Imsomnis
3.
4. Rentang perhatian mungkin menjadi
pendek , konsentrasi berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi
informasi
5.
3. Memberikan informasi yang akurat
yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi
4. Menciptakan lingkungan yang
terapeutik
|
6
|
VI
|
Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan
kriteria
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
|
1. Tinjau ulang proses penyakit dan
harapan masa depan
2. Berikan informasi yang tepat
3. Identifikasi sumber stress
4. Tekankan pentingnya perencanaan
waktu istirahat
5. Berikan informasi tanda dan gejala
dari hipotiroid
|
1. Memberikan pengetahuan dasar
dimana pasien dapat menentukan pilihan berdasarkana informasi
2. Berat ringannya keadaan, penyebab,
usia dan komplikasi yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan
3. Faktor psikogenik seringkali
sangat penting dalam memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini
4. Mencegah munculnya kelelahan
5. Pasien yang mendapat pengobatan
hipertiroid besar kemungkinan
mengalami hipotiroid yang dapat
terjadi segera setelah pengobatan selama 5 tahun kedepan
|
EVALUASI
1.
Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
tubuh
2. Klien akan mengungkapkan secara
verbal tentang peningkatan tingkat energy
3. Klien akan menunjukkan berat badan
stabil
4. Klien akan mempertahankan kelembaban
membran mukosa mata, terbebas dari ulkus
5. Klien akan melaporkan ansietas
berkurang sampai tingkat dapat diatasi
6. Klien akan melaporkan pemahaman
tentang penyakitnya
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Hipertiroidisme merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh abnormalitas fungsi kelenjar tiroid dimana sekresi hormone yang
berlebihan dimanifestasikan melalui peningkatan kecepatan metabolisme. Banyak
ciri khas lain yang terjadi pada pasien hipertiroid akibat peningkatan
stressor terhadap katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) dalam darah.
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis
dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid
berlebihan.
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid
yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak
jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
Obat antitiroid, digunakan dengan indikasi:
· Terapi untuk
memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada
pasien muda dengan
struma ringan sampai sedang dan tirotoksikusis
·
Obat untuk
mengontrol tirotoksikosis pada fase seblum pengobatan, atau sesudah
pengobatan pada pasien yg
mendapt yodium radioaktif
·
Persiapan
tiroidektomi
·
Pengobatan
pasien hamil dan orang lanjut usia
·
Pasien
dengan
DAFTAR PUSTAKA
–
Arief,
M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED
: 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
–
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2,
(Edisi 8), EGC, Jakarta
–
Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan
Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC,
Jakarta
–
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa
Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
–
Corwin,. J. Elizabeth, 2001,
Patofisiologi, EGC, Jakarta
–
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse,
2001, Rencana Asuhan Keperawatan.(Edisi
III).EGC.Jakarta.
–
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa
Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.
_- http://debyrahmad.blogspot.com/
BAGI
YANG MAU DOWNLOAD ASKEP HIPERTIROIDISME, HARAP MENINGGALKAN KOMENTAR DAN
FOLLOW TWITER YANG PUNYA BLOG INI @deby_masrun WAJIB !!!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bagus,,