BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AnaFilaksis berasal dari bahasa Yunani, dari 2 kata, ana artinya jauh
dan phylaxis artinya perlindungan. Secara bahasa artinya adalah menghilangkan perlindungan.
(1, 2) Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Portier dan Richetpada tahun
1902 ketika memberikan dosis vaksinasi dari anemon laut untuk keduakalinya pada
seekor anjing. Hasilnya, anjing tersebut mati mendadak.
Reaksi ini harus dibedakan dengan reaksi anafilaktoid. Gejala,terapi, dan
risiko kematiannya sama tetapi degranulasi sel mast atau basofil terjadi tanpa
keterlibatan atau mediasi dari IgE.Data yang menjelaskan jumlah insidensi dan
prevalensi dari syok dan reaksianapilaksis saat ini sangat terbatas. Dari
beberapa data yang diperoleh di Indonesia menunjukkan sepuluh dari 1000 orang
mengalami reaksi anapilaksis tiap tahunnya. Saat ini diperkirakan setiap 1 dari
3000 pasien rumah sakit di Indonesia mengalami reaksi anafilaksis. Sehingga,
resiko mengalami kematian sebesar 1%dari yang mengalami reaksi anapilaksis,
yaitu sebesar 500-1000 kematian yangterjadi. (Depkes. 2008)
Pada kematian akibat reaksi anafilaksis, onset gejala biasanya muncul pada
15 hingga 20 menit pertama, dan menyebabkan kematian dalam 1-2 jam.Reaksi
anafilaktik yang fatal terjadi akibat adanya distress pernafasan akut dankolaps
sirkulasi. oleh karena itu penting sekali memahami dan mengetahuitentang syok
anafilaksis.Dalam referat ini, selain akan dipaparkan aspek klinisdari syok
anafilaktik, dan penatalaksanaan terkini serta sedikit pembahasantentang sudut
medikolegalnya akan turut pula disertakan.
( asean health News com.2001 )
Angka kejadian alergi di berbagai dunia dilaporkan meningkat drastis dalam
beberapa tahun terakhir. World Health Organization (WHO) memperkirakan di dunia
diperkirakan terdapat 50 juta manusia menderita asma. Tragisnya lebih dari
180.000 orang meninggal setiap tahunnya karena astma. BBC tahun 2002
melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecenderungan meningkat
pesat. Angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 5 tahun terakhir. Setiap
saat 30% orang berkembang menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih 40%
mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai astma, 6 juta orang mempunyai
dermatitis (alergi kulit). Penderita Hay Fever lebih dari 9 juta orang
( WHO.2004)
B.
Tujuan
1. Mengetahui
definisi anafiksis
2. Mengetahui
etiologi/penyebab penyakit anafilaksis
3. Mengetahui
patofisiologi penyakit anafilaksis
4. Mengetahui
manifestasi klinis penyakit anafilaksis
5. Mengetahui
pemeriksaan fisik penyakit anafilaksis
6. Mengetahui
pemeriksaan pengobatan penyakit anafilaksis
7. Mengetahui
pemeriksaan penunjang/diagnostik penyakit anafilaksis
8. Mengetahui
komplikasi penyakit anafilaksis
9. Mampu
membuat asuhan keperawatan penyakit anafilaksis
C.
Metode
penulisan
Metode penulisan yang
digunakan yaitu studi pustaka yang mengambil beberapa referensi buku yang
berkaitan dengan makalah ini. Serta tim penulis memperoleh data dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anafilaksis
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut,menyeluruh
dan bisa menjadi berat. Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya
telah mengalami sensitisasi akibat pemaparan terhadap suatu alergen. ( Brunner
dan Suddarth.2001).
Anafilaksis adalah reaksi sistemik yang mengancam jiwa dan mendadak terjadi
pada pemajanan substansi tertentu. Anafilaksis diakibatkan oleh reaksi
hipersensitivitas tipe I , dimana terjadi pelepasan mediator kimia dari sel mast
yang mengakibatkanvasodilatasi massif, peningkatan permeabilitas kapiler, dan penurunan
peristaltic. Anafilaksis adalah suatu respons klinis hipersensitivitas yang
akut,berat dan menyerang berbagai macam organ. Reaksi hipersensitivitas ini
merupakan suatu reaksi hipersensitivitas tipecepat (reaksi hipersensitivitas
tipe I), yaitu reaksi antara antigenspesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang
terikat pada sel mast. Sel mast dan basofil akan mengeluarkan mediator yang
mempunyaiefek farmakologik terhadap berbagai macam organ tersebut. (Suzanne C. Smeltze,
2001)
Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama dengan alergen. Pada pemaparan
kedua atau padapemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi alergi. Reaksi
ini terjadi secara tiba-tiba, berat dan melibatkan seluruh tubuh.
(Pearce C, Evelyn.2009).”
B. Etiologi/Penyebab
Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai alergen.Penyebab yang sering ditemukan adalah:
1.
Gigitan/sengatan serangga.
2.
Serum kuda (digunakan pada beberapa jenis vaksin).
3.
Alergi makanan
4.
Alergi obat Serbuk sari
dan alergen lainnya jarang menyebabkan anafilaksis.
Anafilaksis
mulai terjadi ketika alergen masuk ke dalam alirandarah dan bereaksi dengan
antibodi IgE. Reaksi ini merangsangsel-sel untuk melepaskan histamin dan zat
lainnya yang terlibatdalam reaksi peradangan kekebalan. Beberapa jenis
obat-obatan(misalnya polymyxin, morfin, zat warna untuk rontgen), padapemaparan
pertama bisa menyebabkan reaksi anafilaktoid (reaksiyang menyerupai
anafilaksis). Hal ini biasanya merupakan reaksiidiosinkratik atau reaksi racun
dan bukan merupakan mekanismesistem kekebalan seperti yang terjadi pada
anafilaksissesungguhnya.
C. Manifestasi Klinik
Gambaran
kilinis anafilaksis sangat bervariasi, baik cepatdan lamanya reaksi maupun luas
dan beratnya reaksi. Gejala dapat dimulai dengan gejala prodromal baru menjadi
berat. Keluhanyang sering dijumpai pada fase permulaan adalah rasa takut, perihdalam mulut, gatal pada mata dan kulit, panas dan
kesemutan padatungkai, sesak, mual, pusing, lemas dan sakit perut.
Adapun
Gejala-gejala yang secara umum, bisa pula ditemuipada suatu anafilaksis adalah:
1.
Gatal di seluruh tubuh
2.
Hidung tersumbat
3.
Kesulitan dalam bernafas
4.
Batuk
5.
Kulit kebiruan (sianosis), juga bibir dan kukuf)
6.
Pusing, berbicara tidak jelas
7.
denyut nadi yang berubah-ubah
8.
jantung berdebar-debar (palpitasi)
9.
mual, muntah dan kulit kemerahan.
D. Patofisiologi
Sistem
kekebalan melepaskan antibodi. Jaringan melepaskanhistamin dan zat lainnya. Hal
ini menyebabkan penyempitan saluranudara, sehingga terdengar bunyi mengi
(bengek), gangguan pernafasan;dan timbul gejala-gejala saluran pencernaan
berupa nyeri perut, kram,muntah dan diare.Histamin menyebabkan pelebaran
pembuluh darah(yang akan menyebabkan penurunan tekanan darah) dan perembesancairan
dari pembuluh darah ke dalam jaringan (yang akan menyebabkanpenurunan volume
darah), sehingga terjadi syok. Cairan bisa merembeske dalam kantung udara di
paru-paru dan menyebabkan edema pulmoner.
Seringkali
terjadi kaligata (urtikaria) dan angioedema. Angioedemabisa cukup berat
sehingga menyebabkan penyumbatan saluranpernafasan. Anafilaksis yang
berlangsung lama bisa menyebabkanaritimia jantung. Pada kepekaan yang ekstrim,
penyuntikan allergendapat mengakibatkan kematian atau reaksi subletal dan
umumnya reaksiyang
E. Pemeriksaan Fisik
·
Jalan
napas atas
Inspeksi : Bersin, pilek, dispneu.
Palpasi : edema laring,edema lidah
dan faring
Auskultasi : ronchi
·
Jalan
napas bawah
Inspeksi : Dispnu, emfisema akut, asma, bronkospasme.
·
GIT
Peningkatan peristaltik, muntah,
disfagia, mual, kejang perut, diare.
·
Susunan
saraf pusat
Gelisah, kejang
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium diperlukan
karena sangat membantu menentukan diagnosis, memantau keadaan awal, dan
beberapa pemeriksaan digunakan untuk memonitor hasil pengbatan serta mendeteksi
komplikasi lanjut. Hitung eosinofil darah tepi dapat normal atau meningkat,
demikian halnya dengan IgE total sering kali menunjukkan nilai normal.
Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak
kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi. Pemeriksaan lain
yang lebih bermakna yaitu IgE spesifik dengan RAST (radio-immunosorbent
test) atau ELISA (Enzym Linked Immunosorbent Assay test),
namun memerlukan biaya yang mahal.
Pemeriksaan secara invivo dengan uji
kulit untuk mencari alergen penyebab yaitu dengan uji cukit (prick test),
uji gores (scratch test), dan uji intrakutan atau intradermal yang
tunggal atau berseri (skin end-point titration/SET). Uji cukit paling
sesuai karena mudah dilakukan dan dapat ditoleransi oleh sebagian penderita
termasuk anak, meskipun uji intradermal (SET) akan lebih ideal. Pemeriksaan
lain sperti analisa gas darah, elektrolit, dan gula darah, tes fungsi hati, tes
fungsi ginjal, feses lengkap, elektrokardiografi, rontgen thorak, dan lain-lain
G. Pengobatan
Anafilaksis merupakan keadaan
darurat yang memerlukanpenanganan segera. Bila perlu, segera lakukan resusitasi
kardiopulmonal,intubasi endotrakeal (pemasangan selang melalui hidung atau
mulut kesaluran pernafasan) atau trakeostomi/krikotirotomi (pembuatan lubang
ditrakea untuk membantu pernafasan).
Epinefrin diberikan dalam bentuk
suntikan atau obat hirup, untuk membuka saluran pernafasan dan
meningkatkan tekanan darah. Untuk mengatasi syok, diberikan cairan melalui
infus dan obat-obatan untuk menyokong fungsi jantung dan peredaran darah.
Antihistamin (contohnyadiphenhydramine) dan kortikosteroid (misalnya
prednison) diberikanuntuk meringankan gejala lainnya (setelah dilakukan
tindakanpenyelamatan dan pemberian epinefrin).
H. Komplikasi
1.
Henti jantung (cardiac arrest) dan
nafas.
2.
Bronkospasme persisten.
3.
Oedema
Larynx (dapat mengakibatkan kematian).
4.
Relaps
jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).
5.
Kerusakan
otak permanen akibat syok.
6.
Urtikaria
dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan
I.
Asuhan
Keperawatan
1.
Pengkajian
Nama
Perawat :
Tanggal
Pengkajian :
Ruang
Perawatan :
Jam
Pengkajian ` :
Tanggal
Masuk :
a.
Biodata
1) Klien
Nama :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Pernikahan :
Alamat :
Diagnosa
Medis :
2) Penanggung
Jawab
Nama :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status
Pernikahan :
Alamat :
Hubungan dengan
klien :
b.
Keluhan
Utama
c.
Riwayat
Kesehatan
a. Riwayat
Penyakit Sekarang :
Pada
klien dengan reaksi anafilaksis ditemukan gejala awal dengan rasa gatal dan
panas.biasanya selalu disertai dengan gejala sistemik misal dispnea,mual,kulit
sianosis,kejang.anamnesa yang tepat dapat memperkecil gejala sistemik sebelum
berlanjut pada fase yang lebih parah/gejala sistemik berat.
b. Riwayat
Penyakit Dahulu :
Apakah
klien mempunyai riwayat alergi terhadap sesuatu.pernahkah klien mengalami hal
yang sama saat setelah kontak dengan alergen
misal,debu,obat-abatan,makanan,atau kontak dengan hewan tertentu.
d.
Basic
Promoting physiology of Health
a. Aktivitas
dan latihan
b. Tidur dan istirahat
c. Kenyamanan
dan nyeri
P
: Provokatif : Bertanya tentang penyebab
Q
: Kualitas : Kualitas penyakit berat
atau ringan
R
: Area : Dimana saja area yang
sakit
S
: Severiti : Menghitung skla
T
: Time : Kapan muncul Penyakit
d. Nutrisi
e. Cairan,
elektrolit dan asam
f. Oksigenasi
g. Eliminasi
fekal/bowel
h. Eliminasi
urin
i. Sensori,
persepsi dan kognitif
e.
Pemeriksaan
Fisik
1.
Jalan
napas atas
Inspeksi :
Bersin, pilek, dispneu.
Palpasi :
edema laring,edema lidah dan faring
Auskultasi
: ronchi
2.
Jalan
napas bawah
Inspeksi :
Dispnu, emfisema
akut, asma, bronkospasme.
3.
GIT
Peningkatan
peristaltik, muntah, disfagia, mual, kejang perut, diare.
4.
Susunan
saraf pusat
Gelisah,
kejang
f.
Diagnosa Keperawatan
1.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
spasme otot bronkeolus .
2.
Gangguan perfusi
jaringan, berhubungan dengan penurunan curah jantung dan vasodilatasi arteri.
3.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
4.
Gangguan integritas
kulit berhubungan dengan peningkatan produksi histamine dan bradikinin oleh sel
mast.
5.
Resiko ketidakseimbangan
volume cairan berhubungan dengan peningkatan kapasitas vaskuler.
g.
Perencanaan
No. Dx
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Implementasi
|
Rasional
|
1
|
Mempertahankan pola nafas efektif pasien
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24
jam pasien mampu mempertahankan pola pernapasan efektif dengan jalan nafas
yang paten.
|
Mandiri :
· Pastikan
tidak terdapat benda atau zat tertentu atau gigi palsu pada mulut
pasien
· Letakkan
pasien pada posisi miring, permukaan datar dan miringkan kepala pasien
· Lakukan
penghisapan sesuai indikasi
Kolaborasi :
· Berikan
tambahan oksigen atau ventilasi manual sesuai kebutuhan
|
Mandiri:
· Menurunkan
resiko aspirasi atau masuknya suatu benda asing ke faring.
· Meningkatkan
aliran sekret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas.
· Menurunkan
resiko aspirasi atau asfiksia
Kolaborasi :
· Untuk
menurunkan hipoksia cerebral.
|
2
|
Memperbaiki perfusi jaringan pasien
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24
jam :
- Kulit pasien
hangat.
-
Tanda vital dalam batas normal.
-
Pasien sadar atau berorientasi.
|
Mandiri :
·
Selidiki perubahan tiba – tiba atau
gangguan mental kontinu contoh cemas, bingung letargi, pingsan.
·
Lihat kulit apakah pucat, sianosis,
belang, kulit dingin atau lembab, catat kekuatan nadi perifer.
·
Pantau pernapasan, catat kerja
pernapasan.
|
Mandiri :
·
Perfusi serebral secara langsung
berhubungan dengan curah jantung.
·
Penurunan curah jantung dibuktikan
oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
·
Penurunan curah jantung dapat
mencetuskan stres pernapasan.
|
3
|
Peningkatan toleransi aktivitas
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :
- Pasien mencapai peningktan
toleransi aktivitas yang dapat di ukur.
|
·
periksa
tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas
·
catat
respon cardiopulmonal terhadap aktivitas
·
kaji
penyebab kelemahan
·
evaluasi
peningkatan intoleran aktivitas.
·
·
berikan
bantuan dalam aktivitas perawatan mandiri sesuai indikasi.selingi periode
aktivitas dengan periode istirahat.
|
·
hipotensi
dapat terjadi karena efek obat, perpindahan cairan,pengruh fungsi jantung.
·
Penurunan
/ ketidak mampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama
aktivitas.
·
Kelemahan
dapat disebabkan oleh efek samping beberapa obat,nyeri dan stres.
·
Dapat
menunjukan peningkatan decompensasi jantung dari pada kelebihan aktivitas.
·
Pemenuhan
kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi strees miokard/kebutuhan
oksigen.
|
4
|
Mecegah kerusakan kulit dan
meningkatkan kesembuhan.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :
-
Menunjukan kemajuan pada luka atau
penyembuhan
|
MANDIRI :
·
Kaji
kulit setiap hari. Catatwarna kulit,turgor kulit,sirkulasi dan sensasi.
·
Perthankan
higiene kulit mslnya membasuh dan kemudian mengeringkan dng hati2 dan
melakukan masase dengan menggunakn lotion/cream
·
Pertahankan
kebersihan lingkungan pasien seprti seprei bersih kering dan tidak berkerut
·
Sarankan
pasien untuk melakukan ambulasi beberapa jam sekali jika memungkinkan.
·
Gunting
kuku secara teratur.
KOLABORASI:
·
Gunakn/berikan
obat obatn atau sistemik sesuai indikasi.
|
MANDIRI :
·
Untuk
mengetahui ada tidaknya perubahan kulit.
·
Memprtahankan
kebersihan karena kulit tiap kering dapat menjadi barier infeksi. Masase
meningkatkan sirkulasi kulit dan kenyamanan.
·
Friksi
kulit di sebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang menebabkan iritasi
dan potensial terhadap infeksi.
·
Menurunkan
tekana pada kulit dari istirahat lama di temapat tidur.
·
Kuku
yang panjg /kasar meningkatkan kerusakan dermal.
KOLABORASI:
·
Digunakn
pada perawatan lesi kulit. Jika digunakn slep multi dosis,perawatn harus
dilakuakn untuk menghindari kontaminasi silang.
|
5
|
Memenuhi
kebutuhan cairan tubuh
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :
- Diharapkan kebutuhan tubuh
pasien terhadap cairan terpenuhi
|
MANDIRI :
·
Catat
tanda vital pasien.
· Catat peningkatan suhu dan durasi
demam. berikan
kompres hangat sesuai indikasi, pertahankan pakaian tetap kering, pertahankan kenyamanan suhu lingkungan.
· Ukur haluan urine dan berat jenis
urine.
·
Pantau
pemasukan oral dan memasukan cairan sediktnya 2500ml/hari
KOLABORASI :
·
Berikan
obat obatan sesuai indikasi misl ; antipiretik(aceta minofen)
|
MANDIRI :
·
Indikator
dari volume cairan sirkulasi.
· Meningkatkan kebutuhan metabolisme
dan diforesis yang berlebihan dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan
kehilangan cairan yang berlebihan.
· Peningkatan berat jenis
urine/penuruna haluaran urine menunjukan perubaha perfusi ginjal /volume
sirkulasi.
· Memprtahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan membran mukosa.
KOLABORASI:
·
Untuk
membantu mengurangi demam dan respon metabolisme, menurunkan cairan tak kasat
mata.
|
4.
Evaluasi
No. Dx
|
Evaluasi
|
1.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam:
Pasien
mampu mempertahankan pola pernapasan efektif dengan jalan nafas yang paten.
|
2.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24
jam :
-
Kulit pasien hangat.
-
Tanda vital dalam batas normal.
-
Pasien sadar atau berorientasi.
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :
Pasien
mencapai peningktan toleransi aktivitas yang dapat di ukur
|
4
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :
-
Menunjukan kemajuan pada luka atau
penyembuhan
|
5
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :
-
Diharapkan kebutuhan tubuh
pasien terhadap cairan terpenuhi
|
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang
diperantarai oleh Ig E yang ditandai dengan curah jantung dan tekanan arteri
yang menurun hebat. Syok anafilaktik memang jarang dijumpai, tetapi mempunyai
angka mortalitas yang sangat tinggi.
Beberapa golongan alergen yang sering menimbulkan reaksi
anafilaksis, yaitu makanan, obat-obatan, dan bisa atau racun serangga. Faktor
yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya anafilaksis, yaitu sifat
alergen, jalur pemberian obat, riwayat atopi, dan kesinambungan paparan
alergen. Anafilaksis dikelompokkan dalam hipersensitivitas tipe I, terdiri dari
fase sensitisasi dan aktivasi yang berujung pada vasodilatasi pembuluh darah
yang mendadak
Penatalaksanaan syok anfilaktik harus cepat dan tepat mulai dari
hentikan allergen yang menyebabkan reaksi anafilaksis; baringkan penderita
dengan kaki diangkat lebih tinggi dari kepala; penilaian A, B, C dari tahapan
resusitasi jantung paru; pemberian adrenalin dan obat-obat yang lain sesuai
dosis; monitoring keadaan hemodinamik penderita bila perlu berikan terapi
cairan secara intravena, observasi keadaan penderita bila perlu rujuk ke rumah
sakit.
Pencegahan merupakan langkah terpenting dalam penatalaksanaan syok
anafilaktik terutama yang disebabkan oleh obat-obatan. Apabila ditangani secara
cepat dan tepat sesuai dengan kaidah kegawat daruratan, reaksi anafilaksis
jarang menyebabkan kematian.
B. SARAN
1. Dalam sistem pengajaran
respirasi kami sebagai mahasiswa ingin untuk dosennya agar memberikan
penjelasan secara detail dan memberikan contoh penjelasaan itu
2. Kami bangga terhadapat
dosen pembimbing kami, yang telah mengajari kami dalam membuat bahan untuk seminar
status asmatikus ini.
3. Dalam Menyelesaikan
makalah ini kami banyak dapat masukan dari dosen pembimbing kami..
4. Terimakasih atas semua dosen yang telah mengajar
di sitem Imun dan hematologi
5. Semoga makalah kami ini diterima oleh dosen yang mengajar sitem Imun dan hematologi serta semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta
Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta
Gleadle,Jonathan.2005.Anamnesis
dan Pemeriksaan Fisik.jakarta:Erlangga.
Pearce C, Evelyn.(2009).” Anatomi dan fisiologi”. Gramedia : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C.(2001). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
http://debyrahmad.blogspot.com/
BAGI
YANG MAU DOWNLOAD ASKEP ANAFILAKSIS, HARAP MENINGGALKAN KOMENTAR DAN
FOLLOW TWITER YANG PUNYA BLOG INI @deby_masrun WAJIB !!!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bagus,,