BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutaan
di Indonesia merupakan bencana Nasional. Sebab kebutaan menyebabkan kualitas
sumber daya manusia rendah. Hal ini berdampak pada kehilangan produktifitas
serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan pendidikan orang buta.
Berdasarkan hasil survey nasional tahun 1993 – 1996, angka kebutaan di
Indonesia mencapai 1,5 %. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan pertama
dalam masalah kebutaan di Asia dan nomor dua di dunia pada masa itu.
Salah
satu penyebab kebutaan adalah katarak. sekitar 1,5 % dari jumlah penduduk di
Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang kabur atau
berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun, ukuran lensa kacamata
yang sering berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di malam hari ,
merupakan gejala katarak. Tetapi di siang hari penderita justru merasa
silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih.
Begitu
besarnya resiko masyarakat Indonesia untuk menderita katarak memicu kita
dalam upaya pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup, lingkungan yang
sehat dan menghindari pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat merusak akan
membuta kita terhindar dari berbagai jenis penyakit dalam stadium yang lebih
berat yang akan menyulitkan upaya penyembuhan.
Sehingga
kami sebagai mahasiswa keperawatan memiliki solusi dalam mencegah dan
menanggulangi masalah katarak yakni dengan memberikan sebuah raangkuman makalah
tentang katarak sebagai bahan belajar dan pendidikan bagi mahasiswa
keperawatan.
B.
Tujuan
Tujuan
Umum
Meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman dalam melaksanakan proses asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit
Katarak.
Tujuan
Khusus
a.
Diharapkan mahasiswa
dapat mengetahui definisi penyakit Katarak
b.
Diharapkan mahasiswa
dapat mengetahui klasifikasi penyakit Katarak
c.
Diharapkan mahasiswa
dapat mengetahui etiologi penyakit Katarak
d.
Diharapkan mahasiswa
dapat mengetahui patofisiologi penyakit Katarak
e.
Diharapkan mahasiswa
dapat mengetahui manifestasi klinik dari penyakit Katarak
f.
Diharapkan mahasiswa
dapat mengetahui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang penyakit Katarak
g.
Diharapkan mahasiswa
dapat mengetahuipenaltalaksanaan penyakit Katarak
h.
Diharapkan mahasiswa
dapat mengetahui komplikasi dari penyakit Katarak
i.
Diharapkan mahasiswa
dapat mengetahui asuhan keperawatan penyakit Katarak
C. Metode
Penulisan
Metode
penulisan yang digunakan adalah metode
studi pustaka yaitu mengambil referensi dari buku-buku, internet dan
sumber-sumber lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Penyakit
Katarak
Katarak berasal dari bahasa Yunani “cataracta”yang
berarti air terjun. Katarak
merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998).
Katarak adalah proses terjadinya
opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari
proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn
Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah nama yang diberikan untuk
kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa),
denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya
mengenai kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer,2000;62)
Katarak
adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat
proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran( katarak kongenital). (
brunner & suddarth .2001, keperawatan medikal bedah vol.3, EGC. Jakarta ).
Katarak
adalah penurunan progresif kerjernihan lensa. Lensa menjadi keruh, atau
berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang.
( elizabeth J. corwin.2000, buku
saku patofisiologi, EGC. Jakarta ).
Katarak(pasca operasi) adalah terjadinya opasitas progresif pada lensa atau
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang
lebih dari 65 tahun.( Rencana Asuhan Keperawatan,M.E.Doenges.
Jakarta.EGC.1999).
Jadi kesimpulan dari definisi diatas
katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada
berbagai usia tertentu.
B. Klasifikasi Katarak
Macam-macam
katarak :
1.
Katarak
senil
Katarak senil
adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas
50 tahun. Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara
perlahan-lahan. Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur hingga tinggal proyeksi sinar saja. Katarak
senil merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa
karena proses penuaan.
Ø Katarak
senil dapat terbagi dalam berberapa stadium :
a.
Katarak insipiens
Katarak
insipiens,dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa. Kekeruhan
lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan
mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. Pada
stadium ini proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa
sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris
dalam posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam
penglihatan pasien belum terganggu.
b.
Katarak imatur
Katarak imatur,dimana
pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai terserap cairan mata ke dalam
lensa sehingga lensa menjadi cembung. Terjadi pembengkakan lensa yang disebut
sebagai katarak intumesen. Pada katarak imatur maka penglihatannya mulai
berangsur-angsur menjadi berkurang, hal ini diakibatkan media penglihatan
tertutup oleh kekeruhan lensa yang menebal.
c.
Katarak matur
Katarak
matur, merupakan proses degenarasi lanjut lensa. Terjadi kekeruhan seluruh
lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah keadaan seimbang dengan cairan dalam
mata sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali. Tajam penglihatan
sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi saja.
d.
Katarak hipermatur
Katarak
hipermatur, dimana pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga
nukleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa ( katarak morgagni). Pada
stadium ini terjadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun
korteks lensa yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan. Pada
stadium hipermatur akan terlihat lensa yang lebih kecil dari pada normal, yang akan
mengakibatkan iris trimulans, dan bilik mata depan terbuka.
2.
Katarak
kongenital
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa
yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio
intrauterin. Katarak kongenital yang terjagi sejak perkembangan serat lensa
terlihat segera setelah bayi lahir sampai usia 1 tahun. Katarak ini terjadi
karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat pembentukan serat lensa
akibat gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam
kandungan. Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di
depan pupil yang disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap bayi
dengan lekokoria sebaiknya difikirkan diagnosis bandingan seperti
retinoblastoma, endoftalmitis, fibroplasi retroletal, hiperplastik viterus
primer, dan miopia tinggi disamping katarak sendiri.
Ø Berberapa
macam jenis katarak kongenital :
a. Katarak lamelar atau zonular
Bila
pada permulaan perkembangan serat lensa normal dan kemudian terjadi gangguan
perkembangan serat lensa. Biasanya perkembangan serat lensa selanjutnya normal
kembali sehingga nyata terlihat adanya gangguan perkembangan serta lensa pada satu lamel daripada perkembangan
lensa tersebut. Katarak lamelar bersifat herediter yang diturunkan secara
dominan dan biasanya bilateral. Tindakan pengobatan atau pembedahan dilakukan
bila fundus okuli tidak tampak pada pemeriksaan funduskopi.
b.
Katarak polaris posterior
Katarak polaris posterior ini
terjadi akibat arteri hialoid yang menetap (persisten) pada saat tidak
dibutuhakan lagi oleh lensa untuk metabolismenya. Ibu dan bayi akan melihat
adanya leukokoria pada mata tersebut. Pada pemeriksaan akan terlihat kekeruhan
di dataran belakang lensa. Bila dilakukan pemeriksaan funduskopi akan terlihat
serat sisa arteri hialoid yang menghubungkan lensa bagian belakang dengan papil
saraf optik. Adanya arteri hialoid yang menetap ini dapt dilihat dengan
pemeriksaan ultrasonografi. Bila fundus okuli masih terlihat, maka perlu
tindakan bedah pada katarak polar posterior ini karena tidak akan terjadi
ambilopia eksanopsia. Bila fudus okuli tidak tampak, maka dialakukan tindakan
bedah iridektomi optik atau bila mungkin dilakukan lesenktomi. Ekstrasi linear
ataupun disisio lentis merupakan kontra indikasi karena akan terjadi tarikan
arteri hialoid dengan papil yang dapat mengakibatkan ablasi retina.
c.
Katarak polaris anterior
Katarak
polaris arterior atau piramidalis arterior akibat gangguan perkembangan lensa
pada saat mulai terbentuknya plakoda lensa. Pada saat ibu dengan kehamilan
kurang dari 3 bulan mendapat infeksi virus, maka amnionya akan mengandung
virus. Plakoda lensa akan mendapat infeksi virus hingga rubela masuk ke dalam
vesikel akan menjadi lensa. Gambaran klinis akan terjadi ialah adanya keluhan
ibu karena anaknya mempunyai leukokoria. Pada pemeriksaan subjektif akan
terlihat kekeruhan pada kornea dan terdapatnaya fibrosis di dalam bilik mata
depan yang menghubungkan kekeruhan kornea dengan lensa yang keruh. Kekeruhan
yang terlihat pada lensa terletak di polus anterior lensa dalam bentuk piramid
dengan puncak di dalam bilik mata depan. Kekeruhan lensa pada katarak polar
anterior ini tidak progresif. Pengobatan dilakukan bila kekeruhan mengakibatkan
tidak terlihatnya fundus bayi tersebut. Tindakan bedah yang dilakukan adalah
disisio lentis atau suatu ekstraksi linear.
d.
Katarak sentral
Katarak
sentral merupakan katarak halus yang terlihat pada bagian nukleus embrional.
Katarak ini terdapat 80% orang normal dan tidak menggangu tajam penglihatan.
Pengobatan tidak dilakukan pada katarak sentral karena tidak menggangu tajam
penglihatan dan fundus okuli dapat dilihat dengan mudah.
3. Katarak
traumatik
Katarak traumatik adalah katarak
yang terjadi akibat trauma lensa mata, serta robekan pada kapsul sebagai akibat
dari benda tajam. Apabila terjadi lubang yang besar pada kapsul lensa, maka
humor akuosus akan masuk ke dalam lensa dan menyebabkan penyerapan lensa, serta
menyebabkan uveitis.
a.
Katarak juvenil
Katarak
juvenil adalah katarak yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena :
a.
Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata.
b. Penyulit
penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat :
- Penyakit lokal pada satu mata,seperti akibat
uveitis anterior, glaukoma, ablasi
retiana,
miopia tinggi, ftsis bulbi, yang mengenai satu mata.
-
Penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan miotonia distrofi,yang
mengenai
kedua mata akibat trauma tumpul ataupun tajam
Biasanya katarak
juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak dipengaruhi oleh berberapa faktor.
b. Katarak komplikata
Katarak
komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa faktor fisik
atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa. Katarak komplikata
dapat terjadi akibat iridosiklitis, miopia tinggi, abalasi retina dan glaukoma.
Katarak
komplikata dapat terjadi akibat kelainan sistemik yang akan mengenai kedua mata
atau kelainan lokal yang akan mengenai satu mata.
c.
Katarak diabetika
Katarak
diabetika adalah katarak yang disebabkan oleh penyakit diabetes.
C. Etiologi
Berbagai macam hal yang
dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan
proses penuaan.
2. Congenital atau
bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak
dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa
disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan
obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1.
Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2.
Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3.
Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4.
Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5.
Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
E. Manifestasi
Klinik
Katarak didiagnosa terutama dengan gejala subyektif.
Biasanya, pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan
gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan tadi. Temuan obyektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan
dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina
hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyhilaukan yang menjengkelkan
dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya
hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi
bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa
koreksi yang lebih kuatpun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan
strategi untuk menghindari silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya
yang salah arah. Misalnya ada yang mengatur ulang perabot rumahnya. Sehingga
sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka (Diambil dari buku Keperawatan
Medikal Bedah jilid 3 hal.1996-1997).
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam
pengelihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif).
Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah
putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar
putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-).
Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan
dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
1. Penurunan
ketajaman penglihatan
2. Gangguan
fungsional
3.
Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
4. Pandangan
kabur
F. Pemeriksaan
Fisik
Tehnik yang biasanya
dipergunakan dalam pemeriksaan oftalmologis adalah inspeksi dan palpasi.
Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik khusus dan sumber cahaya.
Palpasi bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan deformitas dan untuk
mengeluarkan cairan dari puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi secara
kasar(jelas terlihat ) tingkat tekanan
intraokuler.
Seperti pada semua
pemeriksaan fisik, perawat menggunakan pendekatan sitematis, biasanya dari luar
ke dalam. Struktur eksternal mata dan bola mata di evaluasi lebih dahulu,
kemudian diperiksa struktur internal. Struktur eksternal mata diperiksa
terutama dengan inspeksi. Struktur ini meliputi alis, kelopak mata, bulu mata,
aparatus maksilaris, konjungtiva, kornea, kamera anterior, iris, dan pupil.
Ketika melakukan
pemeriksaan dari luar ke dalam, perawat
:
a. Melakukan
obsevasi keadaan umum mata dari jauh.
b.
Alis diobsevasi mengenai kuantitas dan penyebaran rambutnya. Kelopak mata
diinspeksi warna,keadaan kulit, dan ada tidaknya serta arahnya tumbuhnya bulu
mata.
c.
Catat adanya jaringan parut, pembengkakan, lepuh, laserasi, cedera lain dan
adanya benda asing.
G.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test
ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan): mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea,lensa, akueus atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit sistem saraf atau penglihatan
ke retina atau jalan optik.
2.
Lapang penglihatan : penurunan mungkin
disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis/ otak, karotis atau patologis
arteri serebral atau glaukoma.
3. Pengukuran tonografi : mengkaji intraorkuler
(TIO)(NORMAL 12-25 mm Hg).
Pengukuran
gonioskopi : membantu membedakan sudut terbuka atau sudut tertutup glaukoma.
4.
Test provokatif : digunakan dalam menentukan
adanya/tipe glaukoma bila TIO normal atau hanya meningkat ringan.
5.
Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atropi
lepeng optik, papiledema, pendarahan retina,dan mikroaneurisme. Dilatasi dan
pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
6. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukan
anemia sistemik/ infeksi.
EKG,
kolestrol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan
arterosklerosis, PAK.
7. Test toleransi glaukosa/ FBS : menentukan
adanya/kontrol diabetes.
H. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat
diambil dengan pembesaran laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian
mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan
lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula (Pokalo, 1992).
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan
reflaksi kuat sampai titik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari,
maka penanganan biasanya konservatif. pentingnya di kaji efek katarak terhadap
kehidupan sehari-hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari-hari,
seperti berdandan, ambulasi, aktifitas rekreasi, menyetir mobil, dan kemampuan
bekerja, sangat penting untuk menentukkan terapi mana yang paling cocok bagi
masing-masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan
penglihatan akut untuk berkerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila
koreksi tajam penglihatan yang terbaik dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih
buruk lagi, bila pandangan tajam mempengaruhi keamanan atau kwalitas hidup,
atau bila virsualisasi segmen posterior sangat perlu mengevalusi perkembangan
berbagi penyakit retina atau saraf optikus, seperti pada diabetes dan glaukoma.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang sering
dilakukan pada orang berusia lebih dari 65. masa kini, katarak paling sering
diangkat dengan anestesia lokal berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien
perlu dirawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan pengembalian penglihatan
yang bermanfaat dapat dicapai pada 95% pasien.
Pengamblian keputusan untuk menjalani pembedahan sangat
individual sifatnya. Dukungan finansial dan psikososial dan konsekuensi
pembedahan harus dievaluasi, karena sangat penting untuk penatalaksanaan pasien
pasca operasi.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesi lokal
(retrobulbar atau peribulbar), yang dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang
cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustreofobia sehubungan dengan
graping bedah. Anestesi umum diperlukan bagi yang tidak bisa menerima anestesi
lokal, yang tidak mampu bekerjasama dengan alasan fisik atau psikologis, atau
yang tidak berespon terhadap anestesi lokal.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk
pengangkatan katarak: ekstrasi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi
intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas
normal pasien atau katarak yang menyebabakan glaukoma atau mempengaruhi
diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopatidiabetika.
I. Komplikasi
Ambliopia sensori, penyulit yang terjadi berupa : visus tidak
akan mencapai 5/5. Komplikasi yang terjadi : nistagmus dan strabismus dan bila
katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan
komplikasi berupa glukoma dan uveitis.
J. Asuhan Keperawatan
A.
Pengkajian
Pengkajian
yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah
1.
Identitas
Nama : Tn./Ny./ An
Usia : Bisa terjadi pada semua
umur
Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan
Alamat :
Dan
keterangan lain mengenai identitas pasien. Pada katarak kongenital biasanya
terlihat pada usia dibawah 1 tahun, sedangkan pasien dengan katarak juvenile
terjadi pada usia <40 tahun, pasien dengan katarak persenil terjadi pada
usia sesudah 30 – 40 tahun,dan pasien dengan katarak senilis terjadi pada usia
>40 tahun.
2. Keluhan utama:
-
Penglihatan kabur
-
Persepsi warna turun
-
Diplopia dan visus menurun
-
Ada hailo
-
Penglihatan memburuk pada siang hari/silau
-
Mata basah
Perawat harus
menentukan apakah masalahnya hanya mengenai satu atau dua mata dan berapa lama
pasien sudah menderita kelainan ini.
3. Riwayat penyakit
dahulu
-
Akibat trauma
-
Akibat radasi
-
Penggunaan kortikosteroid yang lama
-
Kelainan congenital
-
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya , dan
penyakit metabolic lainya yang memicu resiko katarak.
4. Riwayat penyakit
sekarang
-
Penglihatan kabur
-
Persepsi warna turun
-
Diplopia dan visus menurun
-
Ada hailo
-
Penglihatan memburuk pada siang hari
Merupakan penjelasan
dari keluhan utama.
5. Riwayat keluarga
-
Katarak bisa karena kongenital
-
Adanya riwayat kelainan mata famili derajat pertama.
B. Data Dasar Pengkajian
1.
Aktifitas/istirahat
-
Gejala :
perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
2.
Makanan/cairan
-
Gejala :
muntah/mual (glaukoma akut ).
3.
Neurosensori
-
Gejala :
gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan
bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa
di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/
pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotopobia (glaukoma akut
). Perubahan kacamata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
-
Tanda :
tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( katarak ). Pupil menyempit dan
merah/mata keras dengan kornea berawan ( glaukoma darurat ). Peningkatan air
mata.
4. Nyeri/ketidaknyamanan
-
Gejala :
ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat
menetap atau tekanan pada sekitar mata,sakit kepala (glaukoma akut).
5.
Penyuluhan/ pembelajaran
-
Gejala :
Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres,
alergi, gangguan vasomotor,(contoh peningkatan tekanan vena ),
ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma). Terpajan pada radiasi,
steroid/toksisitas fenotiazin.
C. C Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
:
”
Cemas berhubunan dengan kurang pengetahuan prosedur operasi katarak”
Intra operasi :
” Nyeri berhubungan
tindakan operasi”
Pasca operasi :
” Resiko tinggi
infeksi berhubungan peradangan luka post operasi
D.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan
informasi pre operasi katarak
Nyeri berhubungan dengan tindakan operasi
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
peradangan luka operasi
|
Cemas berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 10 menit dengan
kriteria
hasil:
-pasien tenang dan rileks.
-dapat mengunkapkan penyebab kecemasan.
- pasien mampu menontrol kecemasan.
- pasien dapat menjelaskan tentang tindakan
operasi.
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan
keparawatn selama 5 menit dengan.
kriteria hasil:
- pasien menatakan nyeri berkurang.
- wajah pasien kelihatan relaks.
- tidak terjadi infeksi selama dilakukan tindakan
keperawatan
|
–kaji tingkat kecemasan pasien,ukur tanda-tanda
vital
–berikan informasi yang dibutuhkan pasien sebelum
dilakukan tindakan pembedahan.
- berikan teknik relaksasi serta suport mental
yang melibatkan unsur-usur religi.
- berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan
perasaannya sebelum operasi.
- anjurkan untuk menggunakan teknik manajemen
relaksasi, guide imageri, visualisasi, dan napas dalam.
- diskusikan pentinnya cuci tangan sebelum
menyentuh atau mengobati mata.
- tunjukan
teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari
dalam keluar dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usapan, anti balutan
dan masukkan lensa kontak keitika menggunakan
- tekankan untuk tidak menyentuh atau menggaruk
mata yang dioperasi.
- observasi/ diskusikan tanda terjadinya infeksi
contoh kemerahan, kelopak bekak, drainase purulen.
|
-kemungkinan peningkatan tekanan darah dan denyut
nadi dengan disertai napas dangkal dan tidak teratur menunjukkan manifestasi
cemas pada pasien.
- informasi yang adekuat dan peyampaian yang baik
akan mengubah persepsi dan pola pikir pasien.
- pasien mampu mengontrol tingkat emosi dan
kecemasannya, dengan mencoba beberapa teknik napas yang teratur, serta
ketenangan jiwa yang berpengaruh terhadap tingkat emosi dan kecemasan.
- meningkatkan relaksasi dan koping dapat
menurunkan TIO ( tekanan intra okuli ).
- menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah
kontaminasi area operasi.
- teknik aseptik menurunkan resiko
penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
- mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi
- infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur
dan memerlukan upaya intervensi.
|
E.
Implementasi
Melaksanakan
tindakan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan dilakukan sesuai
dengan kebutuhan klien/pasien dan tergantung pada kondisinya. Sasaran utama
pasien meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pencegahan deteriosasi
visual yang lebih berat , pemahaman dan penerimaan penanganan, pemenuhan
aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi sosial,
dan tanpa komplikasi.
F. Evaluasi
Melakukan pengkajian
kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang telah dilakukan dapat
memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien. Hasil yang diharapkan :
1.
Mengalami peredaan nyeri.
2.
Tampak tenang dan bebas dari ansietas.
3.
Menghadapi keterbatasan dalam persepsi sensori.
4.
Menerima program penanganan dan menjalankan
anjuran secara aman dan tepat.
5. Mempraktikan aktifitas
perawatan diri secara efektif.
6. Berpartisipasi dalam
aktifitas diversional dan sosial.
7. Mengucapkan pemahaman
program terapi, perawatan tindak lajut, dan kunjungan ke dokter.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi
keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada
berbagai usia tertentu.
Macam-macam katarak :
1.
Katarak Kongenital
2.
Katarak Senile
3.
Katarak
Juvenile
4.
Katarak
komplikata
5.
Katarak
diabetika
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa
faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh
riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh
penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar
radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan
obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh
faktor genetik (Admin,2009).
Diagnosa Keperawatan :
Ø Pre operasi :
”
Cemas berhubunan dengan kurang pengetahuan prosedur operasi katarak”
Ø Intra operasi :
” Nyeri berhubungan
tindakan operasi”
Ø Pasca operasi :
” Resiko tinggi
infeksi berhubungan peradangan luka post operasi
DAFTAR PUSTAKA
1.
Arif
Mansjoer,dkk.(1999). Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia :
Jakarta
2.
Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta
3.
Brunner dan
Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah
Vol. 3. EGC : Jakarta
4.
Corwin, J Elizabeth.(2000). “buku
saku patofisiologi”. EGC : Jakarta
5.
Darling,H Vera dan
Thorpe, R Margaret. (1996) “ Perawatan
Mata”. Yayasan Essentia Medica dan Andi : Yogyakarta
6.
Doenges, E. Marilynn.
(1999). Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi 3.EGC : Jakarta
7.
Dorland. (1998).Kamus Saku Kedokteran Dorland.Edisi 25.
EGC : Jakarta
8.
Ilyas Sidarta,
dkk.(2008). Sari Ilmu Penyakit Mata.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
9.
Juall Lyanda
Carepnito.(2000). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan edisi 8. EGC: Jakarta
10. N,
Indriana Istiqomah.(2004). Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
11. Pearce
C, Evelyn.(2009).” Anatomi dan fisiologi”.
Gramedia : Jakarta
12. Smeltzer, Suzanne
C.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. EGC : Jakarta
Anonim,
2013/05. http://debyrahmad.blogspot.com/
BAGI
YANG MAU DOWNLOAD ASKEP KATARAK, HARAP MENINGGALKAN KOMENTAR DAN
FOLLOW TWITER YANG PUNYA BLOG INI @deby_masrun WAJIB !!!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bagus,,